KIAT
BETERNAK
BURUNG CUCAK ROWO
·
·
Karya
: Dj_Wenk
DAFTAR ISI
Perbedaan Burung Burung Jantan dan
Betina
Cara Menjodohkan Burung Cucak Rowo
Penangkarang Burung Cucak Rowo
Perawatan Anak Burung Cucak Rowo
Penyakit dan Pengobatan Burung
Cucak Rowo
Cara Perawatan Burung Cocak Rowo
Memperbaiki Kicauan Burung Cucak
Rowo
Menjaga Kemurnian Suara Burung Cucak
Rowo
Ragam Jenis Burung Cucak Rowo
Hal – hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Beternak Burung Cucak Rowo
CIRI JANTAN DAN BETINA
Cucak Rawa termasuk burung monomorfik di mana tidak ada perbedaan ciri
fisik yang terlihat dari luar yang membedakan antara burung jantan dan burung
betina. Namun demikian, ada beberapa patokan yang bisa digunakan untuk
menentukan jenis kelamin burung Cucak Rawa oleh para penangkar.
Jantan
Kepala bulat, dengan bulu berwarna lebih tua, tampak ada semacam belahan
bulu. Bulu rahang lebih putih dan tampak bersih cerah. Bulupunggung dan sayap
lebih abu-abu, garis-garis hitam putih lebih nyata. Ekor lebih panjang dan
menyatu paruh tampak lebih kokoh kuat dan tebal serta agak melengkung. Garis
hitam di bawah mata tampak lebih jelas.
Betina
Kepala lebih datar, dengan bulu berwarna lebih ringan, dan tidak ada
belahan bulu. Bulu rahang lebih kotor, tampak putih keabu-abuan. Garis-garis
hitam putih kurang jelas. Ekor lebih pendek dan sedikit agak mengembang. Paruh
lebih pipih dan cenderung tampak lebih cantik. Garis hitam di bawah mata dengan
warna lebih ringan.
Dari tingkah laku dan gerakannya, burung Cucak Rawa dapat diketahui
sekaligus dibedakan antara jantan dan betinanya. Terutama bila Cucak Rawa telah
jinak dan gerakannya telah menunjukkan kebebasan tanpa ada rasa takut.
Jantan
Gerakannya lebih agresif, sering melompat, seakan-akan menantang dan
terlihat berani. Bila melihat lawan jenisnya seakan-akan merayu dan melakukan
gerakan atraktif, sedang bila dengan jenis yang sama, seakan-akan ingin
menyerang. Banyak gerakan kaki dan tubuh yang seakan-akan hendak mengangkat ke
atas dan ekornya mengarah ke bawah. Kepala menunjukkan gerakan melongok ke atas
dengan gerakan yang nampak berani dan menantang disertai dengan siulan keras
bernada memanggil.
Betina
Gerakan lebih lamban dan tampak halus. Bila melihat lawan jenisnya akan
menggerak-gerakkan sayap yang sedikit agak dikembangkan paruh terbuka dan lidah
digerak-gerakkan seperti anak Cucak Rawa yang minta disuapi induknya. Sambil
mendekat menyuarakan suara yang lembut, sambil merendahkan badan serta ekornya
agak terangkat keatas. kepala sering merunduk atau merendah ke depan merendah
sejajar dengan punggungnya.
Suara
Dari suaranya, burung Cucak Rawa dapat dibedakan jenis kelaminnya, walaupun
untuk itu perlu dibutuhkan waktu yang relatif lama.
Jantan
Lebih sering menyampaikan nada panggil tinggi, keras dan melengking. Banyak
variasi nada dan irama yang sering diperdengarkan. Bila berkicau bersama atau
berpasangan akan memimpin irama lagunya. Secara garis besar suaranya *Klang
Kling Klung* saja
Betina
Suara terdengar besar dan dalam, seakan akan memberi jawaban kicauan burung
jantan. Variasi suara lebih monoton dan seolah olah hanya mengikuti saja.
Perbandingan ini akan nampak jelas lagi bila dua burung, jantan dan betina,
sedang berkicau bersahut-sahutan saling didekatkan. Namun ada juga burung
betina yang dapat bersuara doble atau ropel, sehingga dalam ini sulit untuk
memilih atau menentukan antara jantan dan betina. Secara garis besar suaranya
*Klang Kling Klung* diakhiri dengan *Kliuk*
Walaupun secara tampilan, Cucak Rawa tidaklah semenarik burung beo, burung
kepodang, burung murai, kacer ataupun burung jenis lain yang memiliki warna
yang indah. Bahkan dibandingkan dengan satu kerabatnya yakni burung kutilang,
warna Cucak Rawa belumlah sebanding keindahannya. Akan tetapi, walaupun
sosoknya kurang menarik, Cucakrawa memiliki suara yang cukup tinggi nilai
ekonomisnya, harganya terus naik demikian halnya dengan kharismanya sebagai
kicauan unggulan tidak diragukan lagi.
Tingginya harga Cucakrawa bakalan, maupun yang sudah jadi menjadi
pertimbangan tersendiri bagi para penggemar kicauan, terutama bagi penggemar
pemula untuk memilikinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Cucakrawa memiliki
kelas tersendiri dan seakan terkesan sebagai burung kelas atas. Terlebih sampai
dengan saat ini para penggemarnya hampir sebagian besarnya didominasi oleh
kalangan pengusaha maupun para penggemar yang penghasilannya cukup baik. Citra
Cucak Rawa yang baik inilah yang membuat burung ini sulit didapati di alam
bebas, bahkan di pasaran sekalipun.
Namun bila diamati tidak demikian halnya adanya. Cucak Rawa walaupun
memiliki harga yang relatif tinggi ternyata murah untuk dipelihara bila
dibandingkan dengan memelihara burung berkicau jenis yang lainnya. Makanan
kesehariannya adalah pisang/buah-buahan dan diselingi dengan voor. Makanan
tambahannya bisa berupa jangkrik 5 ekor pagi 5 ekor sore, dan kroto (tidak
wajib). Porsi EF tersebut tidaklah sebanyak yang kita butuhkan manakala
memelihara jenis burung yang lainnya. Bisa dikatakan, memelihara Cucak Rawa
sesimple memelihara trucukan atau kutilang hanya karena faktor mahalnya harga
bakalan burung ini, maka kita tidak mau bereksperimen. Andaikata mau
bereksperimenpun dengan cara yang sangat hati-hati.
Kalau diistilahkan, membeli burung Cucak Rawa seperti membeli motor 4 tak.
Harga di awal saja yang tinggi, setelah itu dalam kesehariannya irit bensin,
tanpa perlu membeli olie samping sebagai pelengkap EF hariannya seperti halnya
bilamana kita membeli motor 2 tak.
Termasuk suatu hal yang kurang tepat pula bila menyebut bahwa Cucak Rawa
adalah burung termahal. Sebab tidak sedikit pula burung jenis yang lainnya yang
bandrolnya memasuki 7 digit, bahkan bisa 8 digit bilamana berprestasi.
CARA MENJODOHKAN
Bila calon
induk yang akan ditangkarkan telah dipilih serta telah memenuhi syarat tersebut
di atas, tiba saatnya untuk memasukkannya ke dalam kandang penangkaran.
Menjodohkan atau
memasukkan burung ke dalam kandangpun ada tekniknya tersendiri, yakni sebagai
berikut:
1. Masukkan burung jantan ke dalam kandang penangkaran terlebih dahulu, hingga
benar- benar tampak tenang dan tidak lagi gelisah, syukur sudah mau berkicau.
2. Dekatkan atau tempelkan sangkar/kurungan yang berisi burung betina pada
kandang penangkaran yang sudah berisi burung jantan calon pasangannya, pada
salah satu dinding kandang dan amati terus. Bila keduanya telah mulai tertarik
dan mendekat serta menunjukkan isyarat gerak yang cocok, barulah mulai dengan
tahap berikutnya yaitu memasukkan burung betina ke dalam kandang penangkaran.
3. Masukkan Cucak Rawa betina dalam kandang penangkaran secara hati-hati, agar
si jantan tidak terkejut dan menyebabkan ketakutan serta menghambat adaptasi
keduanya. Waktu yang tepat untuk memasukkan burung betina adalah sore hari
menjelang tidur, dengan maksud agar keduanya dapat segera tenang dan tidak
saling menyerang. Ikuti dan awasi terus perkembangannya agar dapat dipastikan
bahwa keduanya akur dan tidak saling menyerang.
Apabila dalam beberapa hari sudah
mulai tampak akur dan selalu rukun, dapat diharapkan pasangan ini akan segera
menghasilkan keturunan.
4. Berikan cukup makanan baik
makanan buatan, buah-buahan maupun makanan ekstra berupa serangga, belalang
atau jangkrik. Air minum dan kolam rawa atau kolam buatan agar selalu dijaga
kebersihannya serta mengganti airnya.
5. Pada waktu memberikan makanan ekstra, berupa belalang atau jangkrik,
usahakan agar dibantu dengan tangan atau lidi, agar terjalin kontak langsung
dengan pemilik. Kontak secara langsung dengan burung perlu latihan atau
pendekatan sedikit demi sedikit dan penuh kesabaran. Kontak langsung ini sangat
diperlukan, agar terjalin hubungan kasih saying. Bila kontak langsung sering
dilakukan, maka setiap kali kita datang ke lokasi kandang, burung akan
menyambut gembira dan penuh harap untuk mendapatkan hadiah makanan kesayangan.
6. Setelah beberapa waktu akan tampak jelas adanya kehidupan yang rukun, penuh
kegembiraan yang diselingi dengan canda dan saling berkejaran riang namun tidak
menyerang.
7. Secara naluriah, seperti ketika masih di hutan, biasanya pasangan burung ini
akan membuat sarang dan mulai bertelur menjelang musim penghujan, yaitu sekitar
bulan
Juli-Agustus.
Apabila pasangan ini sama-sama tampak mengumpulkan rumput kering atau bahan
lain dan mulai menyusun sarang, segera berilah tambahan daun cemara, rumput
kering ataupun serabut kelapa agar burung mudah mencari bahan sarang.
8. Setelah segalanya dirasa siap, maka si betina akan segera bertelur antara 2
sampai 3 butir. Tetapi ada kalanya burung akan bertelur sampai 4 butir. Tetapi
pada umumnya Cucak Rawa hanya bertelur 2 butir saja. Telur yang semula berwarna
putih ini lama-lama menjadi agak kekuningan dan kemudian akan muncul
bintik-bintik coklat muda kekuning-kuningan. Pengeramannya biasanya dilakukan
secara bergantian. Pada hari ke empat belas, biasanya telur akan segera
menetas. Anak Cucak Rawa akan diasuh oleh kedua induknya secara bergantian.
KENDALA UTAMA PENANGKARAN
Penjodohan
Dalam penjodohan burung untuk penangkaran, kesulitan utama adalah menyamakan
masa birahi burung. Sebab, apabila burung tidak sama masa birahinya, maka
penjodohan sulit dilakukan. Untuk itu, Anda perlu memberikan asupan pakan yang
bisa memunculkan birahi burung, baik untuk jantan ataupun betina. Dalam kaitan
ini, disarankan Anda menggunakan multivitamin dan multi mineral yang dilengkapi
dengan suplemen lengkap dan seimbang disertai bahan aktif yang bermanfaat untuk
kebutuhan utama asupan makan burung indukan. Sebagai salah satu contohnya
adalah Bird Mature.
Macet produksi
Banyak sekali kasus burung macet produksi. Meskipun indukan jantan dan
betina terlihat sehat, namun ternyata keduanya tidak juga melakukan perkawinan.
Atau kalau melakukan perkawinan tidak terjadi pembuahan. Tanda tidak ada
pembuahan adalah telur yang kosong sampai masa pengeraman berakhir. Sebenarnya,
macet produksi dalam kasus di atas adalah karena datangnya masa birahi burung
pasca telur menetas tidak berbarengan. Dengan demikian, dalam kasus ini juga
disarankan menggunakan BirdMature sehingga muncul birahi jantan dan betina pada
saat yang bersamaan. Fungsi utama BirdMature memang meningkatkan fertilitas dan
menormalkan fungsi reproduksi burung. Namun dia juga memiliki fungsi lain,
yakni meningkatkan daya tahan tubuh piyikan (burung-burung muda), menormalkan
sistem kekebalan tubuh piyikan serta menyempurnakan pertumbuhan bulu burung.
Banyak burung piyikan mati disebabkan dia kekurangan asupan yang seharusnya
tersimpan secara normal ketika dia masih dalam bentuk telur. Dengan pemberian
BirdMature, risiko kematian anakan piyikan burung bisa ditekan.
CARA PENANGKARAN
Sebelum
penangkaran Cucak Rawa dimulai, terlebih dahulu perlu dilakukan seleksi atau
pemilihan terhadap burung-burung ini, terutama apabila jumlah yang dimiliki
cukup banyak. Tetapi apabila burung yang ada jumlahnya terbatas, maka seleksi
semacam tidak perlu dilakukan. Seleksi ini dimaksudkan agar memperoleh pasangan
calon induk yang memenuhi syarat, yang diharapkan dapat menghasilkan keturunan
yang bermutu dan memuaskan.
Calon untuk Induk Penangkaran
Burung yang
disiapkan untuk keperluan penangkaran harus memiliki semua kriteria
sebagai
calon induk. Kriteria tersebut antara lain:
1. Mutu dan
kualitas burung harus baik; memiliki mental yang bagus; suara kicaunya bagus,
nadanya bagus, volumenya bagus, iramanya bagus, jarak jangkaunya jauh, dan
bersih atau kristal.
2. Fisik
sempurna, dalam arti tidak cacat.
3. Sehat,
dalam arti tidak sakit-sakitan.
4. Baik
pejantan maupun betinanya sudah siap kawin.
5. Mau dan
dapat ditangkarkan dalam arti mampu kawin secara normal
6. Dari
keturunan yang baik dan mempunyai keturunan yang baik pula (tidak cacat, rajin,
dan sayang mengasuh anaknya)
Kunci keberhasilan penangkaran
Keberhasilan
penangkaran sangat ditentukan oleh sangkar atau kandang yang digunakan cocok
atau tidak. Sangkar atau kandang penangkaran adalah sangkar atau kandang yang
diperuntukkan sebagai tempat menangkarkan atau mengembangbiakkan pasangan
burung Cucak Rawa yang telah siap dan memenuhi kriteria untuk dijodohkan. Oleh
sebab itu, harus dibedakan antara sangkar untuk pemeliharaan atau kurungan
dengan sangkar untuk penangkaran.sangkar untuk penangkaran lebih tepat disebut
kandang. Selain ukuran yang jauh lebih luas, kandang juga memerlukan berbagai
peralatan yang dapat mendukung serta membantu usaha penangkaran.
Agar sesuai
dengan habitat dan kehidupan aslinya di alam bebas, atau setidak tidaknya
mendekati, maka kandang penangkaran ini harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain:
Lokasinya cocok dan strategis.
- Cocok:
artinya banyak faktor pendukung yang memperlancar usaha penangkaran, antara
lain cukup mudah mendapat air dan makanan; tersedia listrik sebagai pemanas dan
penerangan, lingkungan tidak terlalu dekat dengan keramaian yang mengganggu,
kecuali kicau burung. Selain itu, ada tempat untuk membuang sampah atau
kotoran, serta jauh dari binatang yang dapat mengganggu suasana penangkaran.
- Strategis:
lokasi penangkaran mudah dikenal dan dijangkau para penggemar, dekat dengan
jalan serta transportasinya mudah. Kalau mungkin tidak berada dalam kota dan
lebih baik lagi bila berlatar belakang pegunungan yang masih menyerupai hutan.
Hal ini akan sangat mendukung keindahan suasana penangkaran. Karena, selain
hasil yang akan diharapkan, kombinasi antara alam yang indah dan kicauan burung
yang akan memberikan kenikmatan tersendiri. Tersedianya tenaga, bahan, dan
sarana penunjang lainnya perlu pula dipertimbangkan, karena hal ini akan
membawa kemudahan serta mendukung perkembangan penangkaran.
Konstruksi bangunan memenuhi syarat
dan bentuk memadai.
Kandang
penangkaran yang baik dan cocok adalah kandang yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Bahan
kerangka dari kayu yang kuat, tidak mudah lapuk, dan tahan lama .
2. Lantai
dasar terbuat dari batu kali, batu apung, kerikil pasir dan tanah atau lumpur.
Komposisi ini menyerupai kehidupan asli di hutan sehingga memenuhi kebutuhan
dan sarana merawat diri bagi burung. Misalnya batu apung untuk mengasah paruh,
pasir sebagai tempat mandi debu dan lain sebagainya.
3. Kolam
atau rawa buatan dibuat dari semen dan batu alam yang dibentuk sealami mungkin
agar tampak luas sehingga burung akan merasa senang, betah dan merasa gembira
Dengan kandang yang ideal, yaitu panjang 3m, lebar 2m dan tinggi 3m yang
umumnya dilengkapi dengan pohon perdu serta tempat mandi yang cukup membuat
burung Cucak Rawa merasa nyaman.
Berikut ini
saya sajikan gambaran kasar kandang penangkaran. Model kandang penangkaran ini
bisa digunakan untuk kandang berbagai macam burung, tinggal disesuaikan
ukurannya. Tetapi sesungguhnya kandang penangkaran tidak ada yang ideal sebab
semuanya diawali dengan kondisi yang ada saja. Bisa jadi Andapunya bekas kamar
mandi, kamar kost-kostan dsb yang bisa disulap jadi kandang penangkaran. Yang
penting, sirkulasi udara cukup dan syukur-syukur bila mendapat sinar matahari
pagi.
Panjang x
lebar x tinggi: 90x90x180
Bahan
Batas
samping kanan-kiri dan belakang = dinding/ tembok atau papan yang tahan lama
dsb.
Atas = bagian yang tertutup bisa
langsung di atasnya adalah genting dengan semua bagian kandang sudah tertutup
kawat strimin.
Tangkringan
= kayu asem, kayu jati serutan dll yang penting keras, dengan diameter sekitar
2 – 3 cm.
Papan tempat
pakan kayu yang kuat.
Rangka dari
Kayu atau bahan yang tahan lama
wadah sarang
alternatif yang juga disukai cucar rowo (CR) yang terbuat dari kelapa tua yang
dibelah jadi dua dan diambil dagungnya dan tempurungnya.
Keberhasilan
penangkaran burung Cucak Rawa sangat ditentukan oleh pasangan baru yang akan
ditangkarkan sebagai calon induk. Untuk menentukan induk yang baik,
faktor-faktor berikut ini harus diperhatikan, yakni:
Burung yang
akan ditangkarkan sebaiknya telah benar-benar diseleksi kualitasnya, yang
meliputi mutu suara atau kicau, mental dan jiwanya, keutuhan fisik serta daerah
asal (peringkat teratas saat ini adalah Cucak Rawa yang berasal dari Sumatera).
Umur burung
yang akan ditangkarkan sangat menentukan kualitas piyik atau anakan yang
dihasilkan. Anak atau piyik dari induk yang terlalu muda selain kondisi
fisiknya lemah, juga kicau atau suaranya akan kurang keras atau bantas.
Kemungkinan lain adalah induk muda ini kurang atau belum mampu merawat anaknya
dengan baik, sehingga kemungkinan mati di saat kecil sangatlah besar.
Sebaliknya, induk yang umurnya terlalu tua selain sudah kurang produktif, telur
yang dierami kemungkinan tidak dapat menetas. Kalaupun dapat menetas anaknya
kurang sehat atau bahkan mati,
Umur yang
baik bagi penangkaran burung Cucak Rawa adalah 2 tahun bagi pejantan dan 1,5
tahun bagi betina, sebab pada umur tersebut Cucak Rawa telah mencapai dewasa
kelamin. Apabila induk burung yang ditangkarkan berasal dari satu keturunan
(dari induk yang sama), penangkaran dapat dimulai pada umur 1,5-2 tahun.
Satu induk
yang sama, yakni dari satu tetasan yang pada umumnya terdiri atas jantan dan
betina.Keuntungan pasangan dari induk yang sama ini adalah lebih mudah
menjodohkannya
serta mudah
pula menentukan jantan dan betinanya, karena mereka telah berpasangan sejak
menetas. Kelemahannya adalah, keturunannya tidak mungkin menghasilkan kombinasi
suara lain karena berasal dari satu darah atau satu garis keturunan.
Sering
terjadi, karena ketidaktahuan penangkar, burung yang dijodohkan adalah pasangan
yang terdiri atas jantan semua atau betina semua. Hal ini sering dialami oleh
penangkar pemula. Walaupun burung yang dijodohkan adalah betina semua, dapat
bertelur. Hal ini mungkin terjadi bila gizi yang diperlukan oleh burung
tercukupi. Penentuan jenis kelamin sangat menentukan keberhasilan penangkaran,
sebab bila sampai salah, penangkaran akan mengalami kegagalan. Untuk menentukan
jenis kelamin ini telah duraikan di atas secara rinci.
Burung yang
telah ditentukan jenis kelaminnya belum menjamin pasangan ini dapat akur atau
jodoh dan dapat menghasilkan telur atau keturunan. Burung jantan dan betina
yang disatukan dalam sangkar belum pasti cocok, mereka dapat saling menyerang,
dan mungkin pula si jantan kalah oleh betinanya. Dalam hal semacam ini,
pasangan burung ini harus segera dipisahkan agar tidak mengalami kerusakan
bahkan dapat mengakibatkan matinya salah satu burung.
Burung yang
disiapkan untuk induk, hendaknya betul-betul telah diseleksi kesehatannya, baik
kesehatan fisik maupun mentalnya lebih-lebih pada burung yang cacat. Burung
yang kurang sehat atau tidak fit tidak mungkin menghasilkan anakan yang yang
baik seperti yang diharapkan.bila burung yang dijodohkan ini sakit, akibatnya
akan lebih fatal. Oleh karena itu, burung yang dijodohkan harus selalu dijaga
kesehatannya melalui perawatan, pemberian makan yang baik serta kebersihan
kandangnya. Selain umur prodiktifnya panjang, kesehatan burung juga akan
menghasilkan keturunan yang baik dan memuaskan
PERAWATAN ANAK BURUNG
Perawatan Pasca Telur
Menetas
Apabila telah diketahui kapan
kira-kira telur akan menetas, persiapkan segala sesuatnya dengan cermat,
telaten dan penuh perhatian. Dalam dua atau tiga hari menjelang telur menetas
hendaknya telah disediakan kroto atau serangga lain yang lembut dan lunak agar
sewaktu-waktu menetas induk langsung dapat memberi makan anak-anaknya sesuai
kehendaknya.
Di dalam sangkar induk tidak bisa secara bebas mencarikan makan untuk anaknya,
maka kebutuhan pakan untuk anak burung harus selalu diperhatikan dari hari ke
hari. Karena kebutuhan makannya tidak selalu sama dari hari ke hari sejak umur
1 hingga 15 hari, anak akan mulai belajar keluar sarang terutama saat bulunya
sudah mulai lengkap. Induk burung akan memilih dan memberikan jenis pakan yang
sesuai cocok dengan anaknya, sesuai dengan umur dan besar anaknya. Pada tahap
menyuapi ini pemberian pakan ekstra berupa serangga, tidak boleh terlambat,
agar pertumbuhan anak burung tidak terlambat, dan mungkin akan mengalami
kegagalan. Setelah anak Cucak Rawa mulai keluar dari sarang, jumlah jatah pakan
perlu ditambah. Pada tahap ini, anak burung akan selalu minta disuapi dan
kelihatannya selalu lapar dan ingin makan
Usahakan untuk tidak terlalu cepat memisahkan anak burung dari induknya, tunggu
sampai kira-kira berumur satu atau dua bulan. Saat yang paling tepat untuk
memisahkan anak dari induknya adalah bila ada tanda-tanda bahwa induk berusaha
menjauh, bila anak mendekat untuk minta disuapi dan seolah-olah akan
mematuknya. Setelah tanda-tanda tersebut di atas terlihat, segera ambil dan
pisahkan dengan hati-hati, agar induknya tidak terkejut dan stress. Apabila
terkejut, apalagi stress, dapat mengakibatkan induk burung tidak mau bertelur
dalam waktu yang cukup lama. Di malam hari burung Cucak Rawa mempunyai
kebiasaan tidur lelap dengan memasukkan dan mendekap kepalanya di bawah bulu
sayapnya, sehingga apabila cukup hati-hati anaknya dapat di tangkap tanpa
sepengetahuan induknya.
Anak Cucak Rawa yang telah dipisahkan, dikumpulkan menjadi satu dalam sangkar
pemeliharaan. apabila kelak akan dijadikan calon induk, anak-anak burung ini
tidak perlu dipisah-pisahkan agar dapat tetap rukun. Selain itu, dalam
membentuk pasangan yang baru, dan menentukan jantan dan betinanya tidak
mengalami kesulitan lagi. Tetapi bila dimaksudkan untuk keperluan lain,
misalnya calon yang akan diikutkan lomba atau sekedar untuk di dengar suaranya,
setelah anak burung mulai belajar berkicau dapat segera dipisahkan dari yang
lain, agar cepat dan rajin berkicau. Cari master untuk melatihnya, seperti
kaset, menggunakan burung yang sudah jadi dan baik atau menggunakan burung sejenis
trucukan.
Merawat dan melatih cucakrowo
Setelah cukup umur, burung muda hasil penangkaran, dikumpulkan dalam
sangkar terpisah dari induknya. Dilihat dari berbagai segi, burung Cucak Rawa
hasil penangkaran lebih baik kualitasnya dan memiliki kelebihan dibandingkan
Cucak Rawa hasil tangkapan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:
Kelebihan Cucak Rawa hasil penangkaran
1. Lebih jinak dan mudah beradaptasi, karena lahir dan dibesarkan di
lingkungan keluarga.
2. Belum pernah tahu dan merasakan kehidupan di hutan sehingga tak ada rasa
tertekan atau ingin hidup bebas.
3. Bentuk fisiknya bagus karena pemilihan induknya secara selektif.
4. Corak suara telah dapat diketahui berdasarkan induk yang menurunkan.
5. Kesehatannya terjamin karena terawat sejak telur menetas.
6. Seleksi ketat dan penangkaran yang terkontrol akan menghasilkan keturunan
yang semakin hari semakin dapat ditingkatkan kualitasnya.
Kelemahan Cucak Rawa hasil penangkaran
Walaupun Cucak Rawa hasil penangkaran memiliki kelebihan, tetapi
peternak perlu menguasai cara dan teknik melatih, agar burung
cepat dan rajin berkicau dengan
baik. Sebab, kelemahan burung hasil penangkaran adalah pada lagunya yang kadang
kemasukan “suara setan” atau suara lain yang tidak kita inginkan misalnya suara
ayam, perkutut dan suara hewan lainnya.
Dalam melatih Cucak Rawa muda perlu dipersiapkan langkah sebagai berikut:
1. Usahakan sangkar yang dipakai bukan sangkar mentahan (belum di cat), agar
kepala dan bulu tidak rusak, akibat menabrak jeruji sangkar.
2. Usahakan agar Cucak Rawa muda selalu mendengarkan lagu dan irama kicau dari
Cucak Rawa yang sudah jadi, lebih bagus lagi bila pernah menjadi juara. Untuk
lebih mudahnya, gunakan kaset rekaman burung Cucak Rawa juara.
3. Dapat pula digunakan master dari jenis burung trucukan. Karena burung ini
memiliki banyak persamaan, baik bentuk maupun irama/nada kicaunya, hanya
suaranya lebih kecil. Kelebihan trucukan ini adalah banyak yang memiliki lagu
ganda yang kini banyak digemari dan menang dalam lomba atau pameran.
4. Agar Cucak Rawa muda tidak takut, jangan didekatkan dengan burung yang telah
jadi dan berkicau keras-keras. Bila perlu biarkan burung muda ini mendengarkan
kicauannya saja, tanpa melihat burungnya. Setelah beberapa waktu dan kelihatan
bahwa burung muda ini sudah agak pandai serta kuat mentalnya, boleh didekatkan
dengan burung yang sudah bagus, agar terbiasa dan berani berkicau bersama
bersahut-sahutan seperti saat berada dalam arena pameran. Tanpa latihan yang
baik, burung burung yang sudah rajin dan kicaunya baguspun belum berani unjuk
suara di arena.
Burung cucak rawa yang sedang bersemangat kicau sering tidak mengenal lelah dan
selalu ingin berkicau, apalagi bila melihat atau mendengar suara burung lain.
Keadaan ini jangan dibiarkan saja atau bahkan dibanggakan, karena terlalu
bersemangatnya berkicau, burung dapat mengalami kerusakan pita suara atau
duburnya. Untuk mencegahnya, sekali waktu, burung perlu diistirahatkan dengan
jalan ditutup dengan kain atau ditempatkan dalam ruangan yang agak tertutup.
Satu minggu satu kali burung disemprot dengan air menggunakan semprotan atau
disediakan air di bak plastic dalam kurungan agar burung dapat mandi terutama
di pagi atau siang hari. Dapat pula dilakukan dengan memindahkan burung ke
sangkar lain yang telah dilengkapi dengan bak plastic kecil. Caranya, rapatkan
kedua pintu sangkar, kemudian giring dan arahkan agar burung pindah dengan
sendirinya tanpa mengalami gangguan yang berarti.
Pakan dan minum yang diberikan secara teratur, serta sangkar yang dijaga
kebersihannya, sangat menentukan kesehatan burung. Apalagi bila dilakukan
dengan cara yang halus yang disertai kasih sayang, akan menimbulkan ikatan
batin antara burung dan pemiliknya. Bila pasangan piyik Cucak Rawa muda ingin
dijadikan indukan baru sebaiknya pasangan ini tidak dipisah sampai saatnya
nanti kedua burung menjadi dewasa dan siap dimasukkan dalam sangkar penangkaran
tanpa harus melalui seleksi jenis kelamin untuk dijodohkan. Pasangan ini
biasanya pasti jantan dan betina, sehingga akan langsung akur dan menjadi induk
baru. Dari antara sekian kali hasil penetasan, ada juga yang mungkin jantan
semua atau betina semua, namun ini jarang terjadi. Bila hal ini terjadi, segera
ganti dengan burung atau pasangan lain yang cocok. Burung juga mempunyai
perasaan, dalam arti mereka dapat merasakan kalau mereka disayang, disanjung,
atau bahkan dimarahi. Oleh karena itu, dukungan dari anggota keluarga untuk
dapat memahami, ikut senang dan menerima kehadiran burung-burung tersebut di
rumah sangat diperlukan. Hal ini akan terasa bila suatu saat kita harus
berpergian dan pulang terlambat, atau tidak pulang sama sekali, perawatan
burung dapat dibantu dan diselesaikan oleh keluarga tanpa mengalami perubahan
apalagi sampai terlantar.
Tanpa latihan yang baik, burung burung yang sudah rajin dan kicaunya baguspun
belum berani unjuk suara di arena.
PROBLEM UTAMA CUCAK RAWA
1. Kurang fighting spirit alias kurang semangat tempur biasanya karena burung
masih muda, burung kurang fit, kegemukan. Atasi dengan pemberian asupan yang
seimbang gizi, vitamin dan mineralnya selama 3 hari sebelum turun lomba. Jika
kegemukan, perbanyak mandi.
2. Memperdengarkan “suara mati” atau suara burung lain seperti ayam, perkutut
dan lain-lain. Atasi dengan pemasteran intensif suara burung cucakrowo. Bisa
menggunakan kaset bisa menggunakan cd. Burung jangan dijadikan jinak. Biarkan
sedikit liar. Cucak Rawa jinak memerlukan stimulan digoda atau disiuli agar
bunyi. Cucak Rawa semi liar, suaranya cenderung keras dan rajin bunyi.
3. Mabung nyulam terus-menerus, penyebabnya kebanyakan lemak dan protein tetapi
kekurangan vitamin dan mineral. Kurangi dulu penjemuran dari porsi biasanya.
4. Nyekukruk tak bergairah. Bisa disebabkan oleh gangguan parasit, baik cacing
maupun kutu.
PENYAKIT DAN PENGOBATAN
Bulu Rontok
Seperti pada
jenis unggas lain, setiap satu tahun sekali, Cucak Rawa akan mengalami
pergantian bulu dan biasanya terjadi sesudah musim kawin. Di dalam kandang
penangkaran, perkawinan diupayakan lebih dari satu kali dalam setahunnya. Dalam
keadaan seperti ini biasanya bulu-bulu burung akan lepas dengan sendirinya,
tetapi kemudian akan tumbuh bulu baru sebagai penggantinya. Pergantian bulu ini
tidak perlu dicegah, karena merupakan proses alami yang harus terjadi dan untuk
perbaikan masa yang akan datang. Biasanya semakin bertambah usia, bulu burung
akan tampak semakin indah dan sempurna.
Kerontokan
bulu juga dapat terjadi karena dicabuti oleh burung lain atau oleh burung itu
sendiri. Bila hal ini terjadi, pertama-tama harus dicari penyebabnya, apakah
karena kutu, caplak atau sejenis jamur yang mengganggunya. Bila penyebabnya
adalah kutu, caplak atau sejenis jamur, berikan semprotan obat pembasminya yang
berkadar rendah langsung pada bulunya dengan menggunakan sprayer. Lakukan
dengan hati-hati, karena semprotan ini dapat menyebabkan burung ini mabuk.
Selain
karena kutu-kutu tersebut, sering terjadi burung-burung mencabuti bulunya
sendiri atau bulu temannya. Untuk mencegah hal ini terjadi, berikan obat anti
kanibal yang dicampurkan ke dalam pakan atau air minumnya.
1. Induk
burung Cucak Rawa tidak merasa nyaman dengan lingkungan dan merasa terancam.
Hal itu bisa disebabkan Cucak Rawa memang tergolong burung yang sensitive,
umumnya kandang burung Cucak Rawa dibuat dari tembok yang tertutup. Suara
bising, gaduh serta bau yang menyengat merupakan salah satu faktor yang membuat
burung cucak rawa tidak merasa nyaman. Ganguan binatang baik tikus,kucing
maupun A*J*N* juga merupakan faktor yang dapat membuat burung Cucak Rawa merasa
terancam. Pemecahan masalah ini yaitu meminimalkan ganguan lingkungan tersebut.
Jauhkan kandang dari keramain orang maupun kendaraan bemotor dan juga jauhkan
kandang dari ancaman binatang peliharaan maupun binatang liar .
2. Induk
burung Cucak Rawa tidak merasa nyaman sehingga membuang serabut dan menata
kembali bahan pembuat sarang. Dalam proses membuang dan menata kembali serabut
tadi telur ikut jatuh. Pemecahan masalah ini yaitu dengan membuat sarang lebih
dari satu sehingga induk Cucak Rawa bisa memilih sendiri posisi dan kenyamanan
sarang yang kita buat. Dan juga beri tambahan serabut halus untuk ditambahkan
sendiri oleh induk Cucak Rawa agar induk merasa nyaman.
3. Induk
burung Cucak Rawa birahi lagi. Hal itu dapat terjadi bila pemberian extra
fooding yang berlebihan. Ukuran yang normal untuk induk yang sedang produksi
perkandang yaitu 40 ekor jangkrik maksimal, sedangkan bila sudah mengeram
maksimal 10 ekor dan bila telur menetas maximal 60 ekor. Hal tersebut banyak
diamini oleh para penangkar burung cucakrawa.
4. Induk
yang memang nakal. bila itu terjadi jual aja induknya atau cari babuan buat
mengerami. bisa babuan kutilang atau trucukan. kutilang lebih cocok dibuat
babuan, karena sifatnya yang telaten dan cepat beradaptasi dengan lingkungan
Burung
tampak lesu, bulu kusut, sayap ke bawah, mata tertutup, mencret, tinjanya
encer, dan bila telah parah sering berwarna kemerahan karena darah, tidak mau
bertengger dan akan duduk di lantai sangkar. Bila ini terjadi, maka Jauhkan
burung sehat dari burung yang sakit, agar tidak tertular melalui kotoran, dan
bersihkan sangkar dari kotoran yang menumpuk dan sisa pakan yang basi. Jaga
kesehatan burung agar jangan sampai terganggu pencernaannya, karena penyakit
ini menyerang usus higga menyebabkan peradangan, luka dan mengeluarkan darah.
Pengobatan:
Bila
menghadapi keadaan seperti ini segera pisahkan burung ini dan masukkan ke dalam
sangkar karantina. Kurangi porsi makannya agar ada kesempatan untuk
menyembuhkan usus yang terluka, dan berikan makan yang halus. Berikan minum
Coxilin atau Sulfaquinoxilin dan tambahkan vitamin ke dalamnya. Dapat juga
dengan memberikan kapsul Terafit, yang harus dimasukkan ke dalam mulutnya.
Gangguan Pencernaan
Seperti pada
gejala berak darah, ditambah dengan gerakan berjingkat-jingkat sewaktu buang
kotoran. Ada tiga kemungkinan pada gangguan pencernaan ini, mungkin berak
darah, berak kapur atau susah buang kotoran. Bila ini terjadi, Hindarkan pakan
yang dapat mengganggu dan merusak pencernaan, karena burung ini memang memiliki
system pencernaan yang kurang baik. Jagalah kebersihan kandang, berikan cukup
air minum dan sekali waktu berikan papaya untuk melancarkan pencenaan.
Hindarkan makanan yang dapat merusak pencernaan burung, misalnya kaki serangga,
sayap serangga atau biji buah yang keras misalnya biji buah jambu batu atau
pisang batu.
Pengobatan:
Bila burung
terkena penyakit berak darah atau berak kapur, lakukan seperti yang diuraikan
di atas. Tetapi bila burung mengalami susah berak, biasanya ada kotoran yang
tertahan sampai beberapa hari, dan burung akan nampak menderita karena sakit.
Masukkan air
sabun ke dalam duburnya melalui spuit (alat suntik) yang sudah diambil
jarumnya. Air sabun akan memudahkan dan melancarkan saat burung akan buang
kotoran atau berak. Berikan makan papaya agar membantu pencernaan serta
taburkan batuan kecil dan kerikil batu apung.
Mata
membengkak dan mengandung air, mungkin dapat menyebabkan matanya melekat
sehingga sukar dibuka. Sehingga kurang bergairah dan tampak bingung bila
didekati. Bila ini terjadi, Usahakan agar tidak banyak angin yang masuk ke
dalam kandang. Asap yang masuk ke dalam kandang juga dapat menjadi penyebab,
atau masuknya benda asing ke mata, seperti pasir, serbuk atau debu.
Pengobatan:
Periksalah
keadaan mata, bila bengkak atau infeksi berikan salep mata. Tetapi bila tidak,
cukup cuci dengan obat pencuci mata atau obat tetes mata. Usahakan agar burung
tidak mendapatkan banyak sinar matahari yang menyilaukan atau adanya pantulan
benda seperti kaca, seng yang baru, warna putih tembok atau warna lain yang
merangsang. Warna benda dan cat sekeliling kandang penangkaran akan berpengaruh
terhadap kesejukan dan kenyamanan, sehingga membuat kerasan bagi penghuninya.
pada semua
burung, kaki yang bersisik adalah proses yang wajar. akan tetapi, keadaan ini
seringkali diartikan sebagai tanda bahwa burung tersebut sudah tua atau
terkadang malahan dianggap sebagai biang kekurang menarikan burung tersebut.
Hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar.
a. penyebab
sisik pada
kaki Cucak Rawa umumnya kan timbul setelah usianya tua. Namun, bila baru
dipelihara 3-4 tahun ada beberapa kemungkinan yang menyebabkannya.
1) burung
terlalu liar dan banyak bergerak
2) sangkar
yang digunakan kurang memadai
3) jarang
dimandikan atau memandikannya kurang baik
4) ada
gangguan berupa parasit sebagai akibat kebersihan yang kurang terjaga.
Dari
beberapa kemungkinan tsb diatas, faktor ke 1 dan 4 adalah faktor yang paling
umum kita jumpai.
b.
pencegahan dan pengobatan
timbulnya
sisik ini tidak dapat dicegah, tapi hanya diminimalisir atau diperlambat
melalui cara-cara :
1) tidak
memaksanya untuk cepat jinak
2) burung
dewasa yang liar letakkanlah ditempat yang agak tinggi.
3)
Pergunakan sangkar yang lumayan besar
4) Sering
dimandikan dengan cara yang baik
5) Sesering
mungkin menjemurnya
6) Selalu
menjaga kebersihan sangkarnya
7)
Mengoleskan hand body tiap kwartal
Pengobatan
yang dilakukan untuk menghilangkan sisik tidak hanya cukupsekali maupun dua
kali. Pengobatan yang baik dilakukan secara kontinyu/berulang-ulang.
Hambatan
pengobatan ini terjadi pada saat menangkapnya *terutama bagi yang belum jinak
tentunya* efek dari ditangkap itu sendiri adalah burung dapat menjadi takut,
enggan berkicau serta bulunya dapat rusak.
Untuk
memudahkan penangkapan adalah saat burung usai mandi.
Setelah
ditangkap, sisik yang ada dapat diolesi minyak goreng yang hangat, pasta gigi
atau bahkan balsem serta hand body lotion. Saat mengoleskannya, usahakan sambil
diurut-urut. Ulangilah tiap hari, setelah hari ke-4, bersihkan daerah kaki
tersebut dengan air hangat *ingat…!!! Lakukan dengan hati-hati dan tanpa harus
memaksa melepaskannya*.
CARA PERAWATAN BURUNG
CUCAK ROWO
Tempat
Cucak Rawa
bisa dipelihara dengan sangkar kotak dengan ukuran panjang-lebar 45-60 cm
dengan tinggi 60-70 cm. Sementara tenggeran atau pangkringan bisa dibuat dari
kayu asam dengan diameter 1,5 cm-2,5 Cm. walau sekarang banyak tangkringan jadi
yang tersedia di pasaran, namun lebih baiknya gunakan kayu asam untuk tangkringan,
kecuali burung tersebut sebelumnya sudah terbiasa dengan tangkringan jenis yang
lainnya. Ada beberapa kasus juga, Cucak Rawa berhenti berkicau/macet sementara
saat menyesuaikan dengan tangkringannya yang baru.
Tingkatkan kualitas sangkar
Tidak semua
sangkar dipasaran berkualitas baik. Bisa saja jerujinya kasar. Hal ini dapat
menyebabkan burung menjadi luka terutama bagi Cucak Rawa hasil tangkapan alam
non anakan. Tujuan perbaikan kualitas sangkar ini tak lain dan tak bukan adalah
untuk mencegah luka ada pangkal paruh dan bagian kaki serta bulu ekor. Untuk
melakukan peningkatan kualitas sangkar bisa dilakukan pengecatan. Warna yang
baik adalah warna cokelat muda ataupun warna yang kalem.
Saran :
belilah/sediakan sangkar terlebih dahulu sebelum membeli burung karena biasanya
walau kondisinya telah halus, namun bau catnya masih menyengat. Cucilah
sangkarnya sekalipun baru untuk menghilangkan bau, kotoran dan debu.
Cucakrawa
yang dipindahkan sangkarnya, dipegang dan dibawa untuk melakukan perjalanan
jauh akan mengalami stress walaupun hanya dalam skala ringan sekalipun.
Ciri cirinya
sbb :
1) gelisah
2) nafsu
makan berkurang
3) bulu
kepala agak mengembang
4) bergerak
naik turun ke dasar sangkar secara berulang-ulang
5) kurang
rajin berkicau
Pakan
Sama dengan
burung lain pada umumnya, Cucak Rawa memerlukan menu pakan yang variatif
sehingga kecukupan nutrisi, vitamin dan mineralnya. Pakan yang bagus, selain
lengkap nutrisinya seperti protein, karbohidrat, juga lengkap vitaminnya
seperti vitamin A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3. Selain
itu, perlu pula mengandung zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl,
Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari vitamin B) dan Ca-D. Di
samping vitamin, perlu juga kecukupan mineral. Mineral dibutuhkan dalam
pembentukan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang
sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti vitamin,
mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya
seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Yang termasuk mineral
yang diperlukan burung Cucak Rawa adalah Calcium, Phosphor, Iron, Manganase,
Iodium, Cuprum, Zinccum, Magnesium, Sodium Chlorin dan Kalium.
Voer
Sebaiknya
pilih yang berkadar protein sedang yaitu: 12%-18%, belum tentu Voer yang
berharga mahal akan cocok dengan sistem metabolisme setiap burung Cucak Rowo.
Voer diberikan sebagai pelengkap kebutuhan nutrisinya. Selalu ganti dengan Voer
yang baru setiap dua hari sekali.
Buah Segar
Burung ini
sangat menyukai buah Pepaya, Pisang Kepok Putih, Apel, Pir, Tomat dan beberapa
buah lainnya. Sebaiknya perbanyak pemberian buah Pepaya, karena buah Pepaya
mengandung vitamin C yang tinggi sehingga membantu meningkatkan daya tahan
tubuh. Disamping itu, buah Pepaya sangat mudah dicerna dan sangat cocok dengan
sistem metabolisme rata-rata burung pemakan buah.
EF (Extra Fooding)
Pakan
tambahan yang sangat baik yaitu: Jangkrik, Orong-orong, Kroto, Ulat Hongkong,
Ulat Bambu, Kelabang, Belalang dan lainnya. Pemberian EF harus selalu
disesuaikan dengan karakter pada masing-masing burung dan juga harus mengetahui
dengan pasti dampak klausal dari pemberiannya EF tersebut.
Perawatan
harian untuk burung Cucak Rawa relatif sama dengan burung berkicau jenis
lainnya, kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan konsisten. Berikut
ini Pola Perawatan Harian dan Stelan Harian untuk burung Cucak Rawa :
1. Jam 07.00
burung diangin-anginkan di teras. Jam 07.30 burung dimandikan (karamba mandi
atau semprot, tergantung pada kebiasaan masing-masing burung).
2. Bersihkan
kandang harian. Ganti atau tambahkan Voer, Air Minum dan buah segar.
3. Berikan
Jangkrik 5 ekor pada cepuk EF. Jangan pernah memberikan Jangkrik secara
langsung pada burung.
4.
Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam/hari mulai pukul 08.00-10.00. Selama
penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
5. Setelah
dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit, lalu
sangkar dikerodong.
6. Siang
hari sampai sore (jam 10.00-15.00) burung dapat di Master dengan suara master
atau burung aseli cucakrowo.
7. Jam 15.30
burung diangin-anginkan kembali diteras, boleh dimandikan bila perlu.
8. Berikan
Jangkrik 3 ekor pada cepuk EF.
9. Jam 18.00
burung kembali dikerodong dan di perdengarkan suara master selama masa
istirahat sampai pagi harinya.
1. Kroto
segar diberikan 1 sendok teh maksimal 2x seminggu. Contoh setiap hari Senin
pagi dan hari Kamis pagi.
2. Buah
segar diberikan rutin setiap hari, dengan format: Hari Senin sampai hari
Kamis.
3. Buah
Pepaya, hari Jum’at dan hari Sabtu berikan Apel atau Pisang atau buah lainnya.
4. Berikan
multivitamin yang dicampur pada air minum seminggu sekali saja.
5. Berikan
buah pisang yang yang telah diolesi madu setiap hari Sabtu.
Penanganan
jika Cucak Rawa overbirahi
1. Pangkas
porsi jangkrik menjadi 2 pagi dan 2 sore.
2. Bisa
diberikan 2 ekor ulat bambu dalam 3 hari berturut-turut.
3. Frekuensi
mandi dibuat lebih sering, misalnya pagi-siang dan sore.
4. Lamanya
penjemuran dikurangi menjadi 30 menit/hari saja.
Penanganan
Apabila Burung Cucak Rawa Kondisinya Drop
1.
Tingkatkan porsi pemberian jangkrik menjadi 8 pagi dan 4 sore
2.
Tingkatkan porsi pemberian kroto menjadi 3x seminggu
3. Mandi
dibuat 2 hari sekali saja
4. Burung
segera diisolasi,
jangan melihat dan mendengar burung
Cucak Rawa lain dahulu
5. Lamanya
penjemuran ditambah menjadi 2-3 jam/hari
Perawatan
lomba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perawatan harian. Tujuan perawatan
pada tahap ini yaitu mempersiapkan burung agar mempunyai tingkat birahi yang
diinginkan dan memiliki stamina yang stabil. Kunci keberhasilan perawatan lomba
yaitu mengenal baik karakter dasar masing-masing burung.
1. H-3 sebelum
lomba, jangkrik bisa dinaikkan menjadi 8 ekor pagi dan 4 ekor sore.
2. H-2
sebelum lomba, burung sebaiknya dijemur maksimal 30 menit saja.
3. 1 Jam
sebelum di gantang lomba, berikan jangkrik 3 ekor dan ulat hongkong 10-20 ekor.
Apabila
burung akan turun lomba kembali, berikan Jangkrik 1 ekor lagi.
PENTING
1. Jangan
memandikan burung pada saat di lapangan, karena dapat membuat birahi burung
tersebut menjadi sangat tidak stabil.
2. Berikan
kesempatan pada burung untuk beradaptasi sebentar pada suasana lapangan, agar
burung tidak kaget.
Perawatan
pasca lomba sebenarnya berfungsi memulihkan stamina dan mengembalikan kondisi
fisik burung.
1. Porsi EF
dikembalikan ke stelan harian.
2. Berikan
multivitamin pada air minum pada H+1 setelah Lomba.
3. Sampai
H+3 setelah lomba, penjemuran maksimal 30 menit saja.
Untuk burung
cucakrowo, sangat jarang terjadi mabung total dan biasanya hanya nyulam atau
ganti bulu secara bergantian. Namun jika terjadi burung mengalami masa nyulam
dengan banyak bulu yang berjatuhan, maka perlu dilakukan treatmen mabung.
Seperti apakah treatmen mabung itu? Masa mabung (moulting) merupakan masa yang
sangat menuntut perhatian penghobi burung. Bulu yang hilang dan digantikan
selama masa mabung atau meranggas ini menyerap 25% dari total protein yang ada
di dalam tubuh burung. Inilah mengapa selama masa mabung perlu ditambahkan juga
protein sebesar seperempat total protein dalam tubuh burung. Bulu-bulu dan
selongsong bulu terdiri atas lebih dari 90% protein, khususnya protein yang
disebut keratins. Protein bulu berbeda dengan protein pada tubuh dan telur
serta memerlukan jumlah proporsional yang berbeda atas asam amino (pembangun
sel atau blok protein). Burung harus mengonsumsi makanan dengan kandungan asam
amino jenis ini kemudian menyerap dan disimpan sebagai protein (keratin) khusus
bagi keperluan pertumbuhan bulu. Proses ini sangat penting bagi burung dan
tubuh burung harus bekerja ekstra untuk mendapatkan gizi yang cukup untuk
membentuk bulu secara sempurna.
Ketika
burung mabung, mereka juga memerlukan energi yang besar untuk memproduksi bulu
baru. Keperluan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein,
menyebabkan burung harus mengonsumsi lebih banyak makanan selama meranggas
untuk dapat mempertahankan pertumbuhan bulu baru. Untuk diketahui saja, energi
yang diperlukan burung selama masa mabung sebesar dua setengah kali lebih
banyak ketimbang burung yang sedang memproduksi telur (lihat misalnya
penjelasan pada “Moulting in Bird”
Faktor-faktor
yang berpengaruh pada masa mabung tidak bisa sepenuhnya dipahami, karena sangat
kompleks. Umur burung, musim saat mabung, cuaca harian, kadar hormon dan siklus
perkembangbiakan, semua menjadi faktor penentu bagi keberhasilan atau kegagalan
burung melewati masa mabung. Hal yang paling utama untuk diingat adalah bahwa
pada saat burung mabung, Anda harus memberikan suplai pakan yang cukup sehingga
mereka bisa mengembangkan bulu-bulu sesempurna mungkin. Untuk menyediakan
protein yang diperlukan untuk peningkatan produksi bulu, Anda harus
meningkatkan asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin.
Protein seperti itu bisa ditemukan di dalam daging hewan. Daging dapat
diberikan kepada kebanyakan burung yang sedang mabung dalam jumlah kecil plus
pemberian suplemen makanan yang baik. Suplemen multivitamin dan multimineral
yang baik seharusnya mengandung berbagai vitamin dan mineral serta asam amino
untuk memungkinkan tumbuhnya bulu secara normal.
Meskipun
pada umumnya mabung berjalan normal, ada beberapa hal yang sering mengganggu
masa mabung burung, khususnya tumbuhnya bulu yang tidak merata atau bahkan ada
bulu yang tidak rontok (sekadar nyulam).
Waktu
Maksimal ganti bulu adalah antara 6-7 minggu. Bila melebihi batasan waktu tsb,
pasti ada yang salah dalam perawatan maupun gangguan yang diterima burung
terlalu banyak. Seperti burung jenis yang lainnya, pertumbuhan bulu memerlukan
asupan gizi yang lebih dibandingkan pada saat perawatan hariannya. Bila ada
Cucak Rawa, berarti porsi jangkriknya yang lebih banyak.
Pemberian
makanan porsi extra ini, selain sebagai asupan untuk pertumbuhan bulu, juga
mempunyai tujuan untuk menjaga kondisinya agar tetap stabil serta setelah
pergantian bulu ini kulitas suaranya menjadi lebih baik. Umumnya, setelah ganti
bulu, maka kualitas mental dan kualitas suara burung akan menjadi lebih baik.
1. Penyakit
- Penyakit yang disebabkan virus circovirus (Beak and Feather Disease) dan
virus polyoma adalah penyakit paling umum yang menyebabkan burung kesulitan
memproduksi bulu. Psittacosis kronis, gangguan parasit dan infeksi bakteri pada
usus dapat pula menyebabkan bulu burung sulit tumbuh.
2. Gizi
buruk – Sebagaimana digambarkan di atas, persyaratan untuk berlangsungnya
produksi bulu secara normal memang sangat banyak, dan karenanya makanan yang
kurang gizi bisa
3.
menyebabkan tumbuhnya bulu yang tidak berkualitas (mudah patah, mudah kusam,
melintir/ keriting dan sebagainya).
4. Kimiawi –
penggunaan bahan kimiawi sering menyebabkan bulu tumbuh tidak sempurna atau
bahkan merusak bulu. Salah satu contohnya adalah zat pembasmi cacing pada
merpati yang dikenal sebagai Mebendazole. Bahan kimia ini akan menyebabkan bulu
burung melintir jika diberikan semasa burung mabung.
5. Stres –
Hal ini terjadi terutama untuk burung yang disuapi/loloh dengan tangan manusia.
Tangan manusia menyebabkan bulu baru tidak bisa berkembang sempurna dan
sebagainya.
Apa yang perlu Anda lakukan agar burung dapat memiliki bulu baru sebaik
mungkin?
Pertama,
menyingkirkan segala cacing, kutu, mikroba pengganggu dan parasit lainnya.
Kedua,
pastikan tidak satupun dari burung Anda menjadi pembawa virus bibit penyakit,
misalnya Polyoma.
Ketiga,
berikan gizi yang cukup selama burung meranggas/mabung dengan pakan yang bagus.
Hanya saja perlu diingat bahwa pakan yang bagus bukan berarti pakan yang
banyak, sebab terlalu banyak pakan yang hanya mengandung karbohidrat misalnya,
hanya akan membuat burung kekurangan gizi meski secara fisik terlihat gemuk.
Jika Anda
telah melakukan semua hal di atas dan masih mengalami masalah dengan kualitas
bulu Anda perlu berbicara dengan dokter hewan khusus burung.
MEMPERBAIKI KICAUAN
BURUNG CUCAK ROWO
Salah satu
hal yang menjengkelkan bagi pecinta burung adalah burung tidak mau bunyi.
Mungkin beberapa tips ini bisa memberikan obat buat anda yang lagi bingung
mencari jawaban permasalahan tersebut.
1. Pastikan
burung anda dalam keadaan sehat. Hal itu dapat dilihat dari tingkah laku dan kotoran
burung tersebut. Burung Cucak Rawa yang sehat berperilaku agak liar dan tidak
malas. Sedangkan kotoran burung yang sehat yaitu tidak encer /mencret dan
berwarna sesuai makanannya. Bila diberi makan pelet hijau maka kotoran harus
hijau bukan putih.
2. Jemur
burung mulai jam 7-9 pagi setiap hari supaya burung tidak kutuan dan bisa
bergerak lincah. Sediakan air yang cukup untuk mandi atau mandikan dulu baru
dijemur.
3. Pastikan
setiap hari burung memakan extra fooding berupa jangkrik atau kroto. Tapi saya
sarankan kasih jangkrik pagi 4 sore 4 biji untuk menghangatkan badan. Pemberian
extra fooding yang berlebihan membuat burung sangat birahi dan bulunya menjadi
kusam.
4. Carikan
pasangan baik jantan maupaun betina untuk merangsang berkicau (saling bersahutan)
tetapi jangan yang betul betul jadi (umur diatas 3 th) karena secara mental
burung kita pasti kalah dan jadi macet.
5. Tambahkan
mineral pada air minum dan ganti setiap hari.
Kebanggan
Memiliki Cucak Rawa tidak terbatas atau berhenti saat kita bisa membelinya
saja, namun rasa bangga ini harus disertai dengan kemauan untuk merawatnya
dengan baik agar Cucak Rawa yang kita miliki mempunyai suara yang patut
dibanggakan. Masa rawatan kurang dari 3 tahun masih memungkinkan bagi kita
untuk bisa membenahinya (walaupun tidak semuanya bisa kita benahi). Lebih dari
3 tahun, maka kemungkinan memperbaiki kualitas suaranya akan relatif kecil.
Berikut
langkah-langkah konkret yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kualitas
suara Cucak Rawa
Salah satu
penyebab kurang baiknya suara Cucak Rawa adalah faktor buruknya kondisi fisik
burung itu sendiri. Oleh karenanya, perbaikan fisik ini menempati prioritas
utama yang harus sesegera mungkin diperhatikan dan diupayakan. Perbaikan
kondisi fisik ini dapat dilakukan melalui cara memberikan makanan alami/makanan
hidup/EF lebih banyak dari biasanya. Makanan buatan/pelet/voer walaupun sudah
baik, bilamana memungkinkan kita oplos lagi dengan madu, telur lalu dijemur
sampai kering.
Mandi
sesering mungkin yang mempunyai tujuan untuk meredakan stress, memperbaiki
penampilan (bulu) serta membuat kicaunnya lebih rajin dan lebih bening.
Adalah
menempatkan Cucak Rawa di luar rumah. Biasanya dilakukan menjelang
fajar/matahari terbit. Namun bilamana masih kurang rajin, bisa dilakukan sejak
sore hari dalam kondisi dikerodong hingga besok paginya menjelang fajar kerodongnya
dibuka agar bisa melihat matahari terbit.
Hal ini juga
dapat dilakukan pada Cucak Rawa anakan, bakalan, maupun yang telah rajin
berkicau agar lebih rajin berkicau serta membuat suaranya lebih bening.
bertujuan
untuk merangsang Cucak Rawa agar lebih rajin berkicau hingga pada muaranya akan
berkicau dengan lantang. Hal ini didasari bahwa di alam bebasnya, Cucak Rawa
berkicau bersahut-sahutan.
Bila
mempertemukan dengan lawan jenisnya jelas sudah artiannya, yaitu mempertemukan
jantan dengan betina dan sebaliknya. Namun bila memasangkan, bisa berarti
mempertemukan jantan dengan jantan (tapi tidak bisa disatukan dalam 1 sangkar)
dan bukan betina dengan betina. Hal ini didasarkan pengalaman, Karena ada
banyak penggemar yang tidak mendapatkan kemajuan suara apapun walaupun
berkali-kali mencoba mendekatkan sangkar bahkan sejak masih bakalan antara
betina dengan betina. Sedangkan antara jantan dengan jantan dapat dipasangkan
suaranya dikarenakan mereka saling menjaga teritorialnya.
Kelebihannya
adalah burung akan rajin berkicau, kadang tanpa mengenal waktu, bahkan bila
disatukan dalam satu kandang, maka akan cenderung berjodoh. Namun, ada
kelemahannya yakni burung akan malas berkicau bila pasangannya terlepas, mati
ataupun tidak dipertemukan.
Sulitnya
lagi, manakala kita mau mencarikan pasangannya yang baru, kita akan terkendala
untuk menemukan Cucak Rawa baru yang kualitasnya kurang lebihnya sama.
Karakter
yang dimiliki CUCAK RAWA berbeda 1 dengan yang lainnya. Ada juga CUCAK RAWA
yang rajin berkicau walau sendirian. Namun ini jarang kita jumpai karena pada
dasarnya burung ini adalah burung koloni, tetapi ada juga yang suka berkicau
bilamana terpancing dengan CUCAK RAWA atau burung pendamping lainnya.
Ciri-ciri
burung yang mudah dipasangkan adalah yang memiliki suara yang mudah memancing
burung sejenisnya untuk berkicau. Suara yang dikicaukan cenderung lembut/tidak
terlalu keras dan ada kesan ditahan-tahan. Akan tetai bila ada Cucak Rawa lain
yang menyambut suaranya, maka Cucak Rawa tersebut akan
lebih mengeraskan suara dan
kecepatannya.
Pada habitat
aslinya, CUCAK RAWA selalu berada disekitaran tempat yang dekat dengan sumber
air. Air selain menjadi pemenuh kebutuhan hidup Cucak Rawa juga berfungsi
sebagai tempat mandi, mencari makanan dan berkumpul maupun bercengkrama pada
saat musim kawin tiba. Pada saat kita pelihara/menjadi klangenan, disarnkan
kita menempatkan sangkarnya dekat dengan sumber air maupun suara air yang
mengalir. Bisa dekat kolam, empang, akuarium, ataupun kamar mandi.. tapi yang
jelas tidak dekat dengan dispenser lho hehehehehehe.. sorry dikit oot biar gak
tegang terus.
burung-burung
yang dimaksud adalah burung-burung yang memiliki kicauan yang secara irama
hampir mirip dan menyerupai Cucak Rawa agar lebih rajin berkicau. Sebenarnya,
Memacu Cucak Rawa untuk berkicau adalah dengan memelihara lebih dari 1 ekor,
namun bilamana kurang memungkinkan, kita bisa memelihara beberapa burung
tersebut dibawah ini sebagai bandul untuk memancing minatnya berkicau.
1) Srintel
(greater racket-tailed drongo/dicrucus paradiseus)
Suara burung
srintel ini tampak mirip dengan suara burung Cucak Rawa jantan dewasa.
2) Kenari
afrika (Black Throat)
Burung ini
memiliki kicauan yang baik dan cepat, kecepatan variasinya nyaris tanpa celah
maupun jarak. Diantara variasinya, ada kicauannya yang hampir mirip Cucak Rawa.
Kelabihannya lagi, burung ini bisa berkicau tiap 5 menit sekali yang tidak
mampu dilakukan oleh burung-burung pendamping Cucak Rawa yang lainnya.
3) burung
robin
Yang dipilih
adalah yang jantan, kemampuan burung ini cukup baik dalam berkicau, terutama
faktor kerajinan dan kecepatan nadanya. Terlebih lagi burung ini sangat mudah
terpancing bersuara bila memndengar kicauan burung lainnya.
4) Burung
Pancawarna
Sama dengan
keterangan burung robin, karena tipikal suaranya kurang lebihnya sama.
5)burung
trengganis
Memiliki
kecepatan suara serta alunan suara yang kurang lebihnya seperti robin, namun
memiliki ketajaman suara yang lebih baik dari robin.
6) Cucak
Thailand (Chlorophis aurifrons)
Juga sering
disebut sebagai cucak cungkwok, ketajaman suaranya lebih keras dari burung
trucukan yang bersuara ropel
7)burung
burung trocok/trucukan/jogjog/jokjok/celukluk/merbah
Akhir-akhir
ini, burung trocok/trucukan/jogjog/jokjok/celukluk/merbah ini banyak dipelihara
karena suaranya relatif bertipe sama dengan Cucak Rawa, yakni roppel/rovel
namun volume suaranya jauh lebih kecil dan lebih lunak. Burung jenis ini dapat
memberi kontribusi suara yang cukup baik bagi Cucak Rawa. Oleh karenanya,
burung ini lebih banyak dipilih sebagai pendamping Cucak Rawa
Walau kadang
terkesan monoton, Sebenarnya kemampuan berkicau burung-burung dari keluarga
besar cucak ini ini tidak terlalu buruk, terlebih bila dipelihara secara
berpasangan (disarankan jantan-betina) atau minimal lebih dari satu. Hal ini
juga berlaku terhadap burung Cucak Rawa yang dipasangkan Seperti uraian diatas.
Ring Cucak
Rawa biasanya dipasang berdasarkan jenis kelamin jantan Ring sebelah kanan dan
betina ringnya dipasangkan disebelah kiri. Namun tak jarang pula para penangkar
memasangkan ring hanya sebagai penanda saja. Jadi bilaman akita mendapatkan
Cucakrawa yang sudah dewasa, kita perlu mengecek ulang jenis kelaminnya
berdasarkan ciri-ciri yang telah saya uraikan diatas, terlebih bila burung
tersebut kita daatkan di pasaran dan terjual secara terpisah ataupun tidak
membeli sepasang mulai kecil dan kita besarkan bersama-sama.
Biasanya
para penangkar yang berpengalaman akan memasang ring kepada anakannya yang
belum genap berusia 14 hari, karena selain sulit memasangkan ring ini bbila
usianya telah lebih dari 14 hari, kesulitan lainnya adalah penentuan jenis
kelaminnya. Para penangkar profesional memastikan untuk memasang ring
berdasarkan jenis kelaminnya. Penentuan jenis kelamin saat kecil ini tergolong
cukup mudah yang didasarkan pada beberapa hal, diantaranya adalah :
1. melihat
garis tengah di kepala
jantan garis
tengah dikepala cenderung jelas (karena dewasanya rambut/bulu di kepala ini
akan terbelah 2 bila jantan), sedangkan betina tanpa garis kepala atau garisnya
tidak jelas
2. melihat
jenis rambut/bulunya
bila jantan,
maka cenderung lebih njegrak/berdiri, sedangkan betina rambutnya tidur/klimis.
3.
berdasarkan besar badannya
jantan
cenderung lebih besar terlebih dahulu karena biasanya piyikan jantan cenderung
lebih aktif saat disuapi oleh induknya. Sedangkan betina adalah yang badannya
cenderung lebih kecil.
Cucak Rawa
bersuara baik, berkicau dengan variasi suara yang banyak selalu menjadi dambaan
setiap penangkar. Pelatihan yang dilakukan dengan cara menggunakan burung
pemandu, yaitu burung Cucak Rawa yang sudah pintar bernyanyi dan berkicau
dengan suara kicauan yang penuh, terutama untuk Cucak Rawa bakalan. Keduanya
sama-sama di tempatkan di tempat yang tinggi, Cucak Rawa pemandu ada di depan
sedangkan Cucak Rawa bakalan ada di belakangnya. Lakukan cara ini
berulang-ulang dan teratur sampai Cucak Rawa bakalan mampu mengikutinya atau
menirukan dari nyanyian dan kicauan Cucak Rawa pemandu.
Antara lain
adalah memperdengarkan atau memaster dengan peralatan elektronika, bisa berupa
digital maupun analog/kaset bunyi kicauan Cucak Rawa yang menang lomba atau
suara master burung Cucak Rawa Rovel. Jangan membuat suara kaset/rekaman lebih
keras dari suara burung Cucak Rawa bakalan karena Cucak Rawa bakalan akan diam
dan berhenti berbunyi karena tidak mampu mengikuti suara tersebut, lebih baik
suara kicauan Cucak Rawa kaset lebih pelan. Jika burung Cucak Rawa bakalan ini
sudah dapat mengikuti nyanyian dengan baik dan makin rajin berkicau, pelatihan
dapat dilanjutkan dengan menggantungkan sangkar burung ini di tempat yang lebih
tinggi. Lakukan secara rutin setiap pagi hari selama 3 atau 4 kali seminggu
dari jam 07:00 - 09:00; dan dapat dilanjutkan pada sore hari jam 16:00 - 17:00.
Sebaiknya
menggantungkan burung Cucak Rawa ini dilakukan di pohon yang
tinggi, selain teduh juga akan menciptakan suasana yang
alami, sehingga burung merasa hidup di habitatnya.
MENJAGA KEMURNIAN SUARA
BURUNG CUCAK ROWO
Para penggemar fanatik Cucak Rawa
rata-rata memiliki keinginan yang sama, yakni memiliki kicauan Cucak Rawa yang
suaranya tidak terkontaminasi oleh suara yang lainnya.
Dengan kata
lain, Cucak Rawa yang memiliki citarasa yang baik adalah Cucak Rawa yang
memiliki orisinalitas suara/kemurnian suaranya terjaga dengan baik.
Salah satu
enyebab suara Cucak Rawa kurang berkualitas lebih dipengaruhi perawatan serta
perlakuan yang kurang baik. Walau tidak sepenuhnya benar, dan tidak sepenuhnya
pula bisa berhasil, Cucak Rawa yang memiliki suara kurang baik masih dapat
diperbaiki.
Pada
burung-burung berkicau jenis yang lain, suara variasi dari hasil
memaster/manyadur suara dari burung-burung yang lainlah yang menjadi andalan.
Bahkan untuk menaikkan kualitas suaranya, mereka dimaster dengan menggunakan
suara-suara yang tajam (mbeset) yang bertujuan untuk mengungguli burung lain
sejenisnya manakala dikonteskan. Ambilah satu contoh Murai batu, variasi
suaranya lebih dari 10macam dan itupun masih bisa dimaster lagi dengan suara
burung lain agar suaranya menjadi lebih dahsyat.
Hal tersebut
diatas sangat bertolak belakang dengan Cucak Rawa, karena Pada dasarnya, suara
kicauan Cucak Rawa yang baik adalah suara murni Cucak Rawa itu sendiri yang
jelas-jelas kurang memiliki variasi, serta vokalnyapun kurang jelas (seperti
berkumur-kumur)
Bilaman
akita perhatikan, suara Cucak Rawa bila diistilahkan sebagai suatu kosakata,
suara Cucak Rawa hanya terdiri dari suara tlang-tang-tling-tlung-tung dan hanya
memiliki kisaran 5 variasi saja.
style="text-align:
justify;"> Terkontaminasinya suara cucakrawa dengan suara lain maupun
kicauan burung lain yang ditirunya dapat menyebabkan kurangnya minat calon
pembeli yang benar-benar mengerti akan Cucak Rawa yang secara otomatis pula
akan menjatuhkan kharismanya sekaligus nilai jualnya. Langkah antisipatifnya adalah
dengan menjauhkan/menghindarkannya dari kicauan maupun suara-suara yang kurang
baik. Untuk kita pahami bersama, Cucak Rawa tergolong pandai walaupun tidak
secerdas burung yang lainnya. Kan tetapi, bila terlalu sering mendengarkan
suara tertentu, maka Cucak Rawa dapat menyuarakannya ulang dengan baik sesuai
bunyi aslinya. Adaun suara yang harus dihindari adalah suara yang bertype
volume besar, berat, namun disuarakan dengan lembut/mengalun. Seperti suara
poksai, perkutut, murai batu, ayam, ****** serta beberapa bunyi seperti
terompet, balon dan klakson mobil.
Memelihara
Cucak Rawa tampaknya jauh lebih mudah, selain kita tidak membutuhkan masteran
burung lain (karena hal tersebut memang tidak diperbolehkan) namun pada
kenyataannya tidaklah semudah itu untuk membentuk dan menemukan ataupun
memiliki Cucak Rawa yang suaranya berkualitas. Hal ini disebabkan karena
syarat-syarat suara Cucak Rawa yang berkualitas selain tidak terkontaminasi
oleh suara yang lain, suara Cucak Rawa yang berkualitas adalah bilamana seekor
burung Cucak Rawa dapat melantunkan suaranya secara baik, kemudian dapat
mengulanginya dalam tempo yang tinggi/cepat dan terus berulang, serta
menyuarakannya dengan lantang, keras dan lepas seperti manakala dia berada di
alam bebas.
Kesimpulan yang
bisa kita tarik dari tulisan diatas bahwa untuk memiliki Cucak Rawa yang
berkualitas maka *mempertahankan kemurnian suara Cucak Rawa adalah suatu
keharusan*. Kemurnian suara ini bertujuan agar kita sebagai para penggemar
suara Cucak Rawa setiap kali mendengarkan suara kicauannya, karena gema
suaranya, seakan kita merasa ditengah-tengah hutan rimba, terkadang pula,
kicauan Cucak Rawa yang bergulung-gulung bisa diibaratkan seperti deru suara
aliran air yang deras. Patut diakui, bahwa dengan mendengarkan kicauan suara
Cucak Rawa memang dapat memberikan kesejukan tersendiri di dalam hati para
pendengarnya.
RAGAM JNEIS BURUNG CUCAK
ROWO
di Indonesia
terdapat sekitar 27 jenis, terutama terkonsentrasi penyebarannya di Indonesia
bagian barat. Hanya dua spesies yang menyebar jauh hingga ke Sulawesi Selatan,
salah satunya juga didapati di Lombok. Namun keduanya diduga menyebar karena
dibawa manusia (feral, burung lepasan yang kemudian berbiak). Akan tetapi
anehnya ada satu jenis anggota suku ini yang menyebar terbatas (endemik) di
pulau-pulau sekitar Sulawesi dan Maluku, yakni Brinji emas (Alophoixus
(Hypsipetes) affinis). Bahkan karena hidup di wilayah kepulauan yang terisolir
satu sama lain selama jutaan tahun, spesies ini telah berkembang menjadi
sembilan subspesies yang berbeda. Beberapa contoh anggota suku merbah ini
selain cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) adalah Cucak kuning (P.
melanicterus), Cucak kutilang (P. aurigaster), Cucak gunung (P bimaculatus),
Merbah cerukcuk (P. goiavier), Merbah belukar (P. plumosus) dan Empuloh janggut
(Alophoixus bres).
Cucak Rawa
Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung
peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh
menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun '80an.
Burung-burung
yang kini diperdagangkan kebanyakan berasal dari Sumatra dan Kalimantan. Saat
ini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di Jambi, di sepanjang Batang
Bungo)pun populasinya terus menyusut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk.
2000) menggolongkan populasi Cucak Rawa ke dalam status rentan. Demikian pula
IUCN menyatakan bahwa burung ini berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian
status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN. Jika tidak
ada langkah penyelamatan yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa
tahun ke depan burung ini hanya akan tinggal kenangan dan hanya tinggal
disebut-sebut dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.
Klang-klung-kliuk…
klang–klung–kliuk” Kicauan burung Cucak Rawa mengalun merdu. Gema suaranya yang
terdengar hingga jarak 300-an meter memecahkan keheningan di pagi hari yang
sejuk. Lelah setelah pulang kerjapun bisa hilang saat mendengar kicau burung di
rumah. Bagi pencinta Cucak Rawa memelihara burung ini dan menikmati kicauannya
dapat memberi ketenteraman batin. Apalagi, burung ini konon kabarnya menjadi
klangenan para raja-raja di Jawa dan sampai saat ini masih dianggap bisa
menaikkan gengsi bagi pemiliknya.
Para
penggemar fanatik Cucak Rawa biasanya mencari Cucak Rawa yang mepunyai kicauan
roppel, yaitu kicauan yang panjang-bergulung, nadanya bervariasi, seperti
ocehan dua-tiga burung yang digabung menjadi satu. Tetapi, suara semi roppel
(agak roppel) dan engkel (hanya ”klang-kling-klung”) saja juga sudah cukup
disenangi bagi sebagian kalangan.
Tingkatan
Kualitas Suara Cucak Rawa.
Perlu
diingat, tolok ukur tiap penggemar Cucak Rawa dalam memandang kualitas
sangatlah berbeda. Bahkan para juri kontes cucakrawa pun memiliki pandangan
yang berbeda pula dalam mengukur kualitas suara Cucak Rawa
Bila kita
jeli, tiap Cucak Rawa menyenandungkan kicauan yang berbeda. Baik dari segi
tempo, irama dll. Para juri kontes punya andil yang besar dalam menentukan
kualitas suara Cucak Rawa yang kemudian menyebar melalui para penggemar dari
mulut ke mulut untuk kemudian pula akhirnya menjadi style atau trend suara
Cucak Rawa.
Berikut
tingkatan suara Cucak Rawa :
a. Gedongan
Adalah
kualitas yang menempati grade terendah. Disebut gedongan atau ngingklung
(berasal dari kata ngelingkung/lingkungan) karena sudah tidak seperti umumnya
Cucak Rawa yang harus memiliki suara alam/hutan/murni. Jadi terkesan seperti
kicauan yang umum/sering kita jumpai. Biasanya Cucak Rawa gedongan ini hanya
sebagai pajangan saja (sebagai penanda status sosial) sehingga perawatannya
kurang baik dan kurang terperhatikan. sedangkan suaranya sudah sangat
terkontaminasi lingkungan sekitarnya. Mulai dari menirukan suara burung jenis
lain, ataupun suara-suara yang sering terdengar di lingkungannya. Kicauannya
lambat dan kurang jernih serta jarang terdengar kicauannya. Biasanya burung
gedongan ini adalah burung betina yang kurang terperhatikan rawatannya.
b. Engkel
Disebut juga
ngengkel, secara kualitas lebih baik dari gedongan karena masih tetap memiliki
suara khas Cucak Rawa, namun suaranya kurang tebal, mengambang atau kurang
memiliki tekanan suara dalam, lambat temponya. Peningkatan kualitas jenis suara
ini hanya bisa sampai tahap engkel panjang. Biasanya suara ini lebih banyak
dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal kalimantan yang salah perawatan.
c. Engkel panjang/engkel ngelagu
Sebenarnya
kualitasnya sudah tergolong sukup baik. Cucak Rawa ini rajin berkicau, namun
seringkali hanya menonjolkan variasi-variasi panjangnya saja dan jarang
berkicau dengan irama yang cepat. Biasanya dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal
medan, sumsel dan jambi yang salah perawatan.
d. Semi Roppel/Semi Rovel
Kecepatan suaranya
lebih sering terdengar, namun masih terdapat celah/selah atau jarak antar
variasinya masih ada lubang. Selah pada lubang tersebut ada kemungkinan terisi
suara burung Cucak Rawa yang lain. Sehingga mengesankan berpasangan.
Cucak Rawa
asal sumsel, jambi dan aceh yang perawatannya baik dapat mencapai kualitas ini
e. double slah (dari asal kata celah) (istilah/trend baru)
Istilah ini
kurang populer dan dapat dikatakan baru. Tingkatan suara ini tergolong baik,
speednya dibawakan lebih sering akan tetapi masih terdapat celah yang
memungkinkan suara Cucak Rawa lain mengikutinya.
Biasanya,
suara ini dimiliki Cucakrawa jantan asal lampung, sumsel dan jambi. Juga banyak
dimiliki Cucak Rawa betina sal medan namun dlam tempo yang sedikit lambat.
f. Roppel/rovel/ngropel
Istilah
roppel/rovel/ngropel istilah asalnya belum jelas, mungkin bisa diambil dari
istilah rope/tali atau roll yang berarti bergulung. Suara jenis ini memang
bercirikan suara yang panjang dan bergulung-gulung seakan tidak memiliki jarak,
tidak ada celah/slah diantara tiap untaian iramanya serta terdengar bervolume
besar dan keras.
Suara ini
banyak dimiliki oleh Cucak Rawa betina asal medan dan Cucak Rawa jantan asal
lampung.
Cucak Rawa
betina roppel umumnya lebih berkualitas bila dibandingkan dengan jantan. Hal
ini disebabkan Cucak Rawa betina akan meropelkan secara murni sementara jantan
walaupun ropel, namun masih mau mengicaukan suara jenis lain sehingga nadanya
terdengar kurang murni.
Adapun
kelemahan Cucak Rawa betina kurang rajin berkicau bila dibandingkan dengan yang
jantan. Terlebih bilamana yang jantan ini terpancing oleh suara burung
pendampingnya, Cucak Rawa lain ataupun dalam kondisi birahi.
Secara umum
memilih burung adalah pada prinsipnya adalah sama, apakah anakan itu berasal
dari muda hutan maupun dari hasil breeding, sebab dipasaran keduanya selalu
ada. Keduanya memiliki keuntungdan dan kerugian tersendiri, biasanya kalo dari
muda hutan relatif lebih sulit dijinakkan, akan tetapi terkadang memiliki suara
yang asli bawaan dari lingkungan di habitatnya, sedangkan kalo dari hasil breeding
biasanya lebih mudah jinak akan tetapi terkadang tidak memiliki suara khas yang
ada bila kita tidak melakukan pemasteran yang baik. Tetapi sebaiknya pemilihan
bakalan yang baik adalah bakalan yang di dapat dari hutan yang memang masih
liar dengan harapan akan mendapatkan kualitas suara yang bagus serta memiliki
kecenderungan yang roppel, tentu saja hal tersebut haruslah di barengi dengan
perawatan yang baik, sabar serta telaten.
Yang
tersedia di pasaran terbagi 2 golongan besar, yaitu tangkapan liar dan hasil
penangkaran. Perbedannya terletak pada :
1. Cucak Rawa Tangkapan Liar
Merupakan
tangkapan dari alam bebas, dibagi dalam 3 golongan :
a. Cucak
Rawa anakan
umumnya manja dan makannya masih disuapi. Kalau melihat orang biasanya
menggetarkan sayapnya serta mebuka mulut minta disuapi.
Ada anggapan bahwa anakan tangkapan liar ini lebih baik dibandingkan hasil
penangkaran. Pendapat ini tidak mutlak benar. Kualitas suara kelak akan lebih
dipengaruhi oleh prawatan yang baik (asupan gizi dan Pemasteran)
b. Cucak Rawa Muda Hutan
Cucak Rawa muda/remaja dari hasil tangkapan liar disebut sebagai Cucak Rawa
muda hutan.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
1) warna kepala baian atas keputih-putihan
2) paruh berwarna ke abu-abuan
3) mata berwarna hitam keabu-abuan *dewasa mulai usia 7 bulan mulai berwarna
merah atau kemerah-merahan*
4) kaki warna hitam keabu-abuan
c. Cucak Rawa Dewasa
tergolong sukar dijinakkan, liar dan sulit beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Secara umum bulu Cucak Rawa dewasa terlihat kasar dan cenderung lebih
cerah.
Kebanyakan amanakala dipelihara akan banyak masalah hal ini lebih disebabkan
karena cara perawatan yang kurang tepat serta dari karakter burung itu sendiri.
Tidak jarang pula kondisi fisiknya rusak, terutama bulu ekor patah, tumbuh
tidak sempurna, dan bahkan tidak jarang pula yang bulu ekornya sulit tumbuh
kembali. *lazimnya disebut sebagai kasus tabrak ekor*
2. Cucak Rawa
Tangkaran
Tetap dibagi dalam 3 fase diatas, namun Cucak Rawa hasil tangkaran lebih jinak
dan cenderung lebih mudah dibentuk karakternya. Hal ini tidaklah mengherankan
karena Cucak Rawa hasil tangkaran ini sudah biasa hidup berdampingan dengan
manusia.
Mencirikan bakalan Cucak Rawa yang baik
1. teliti kesehatannya
Hal ini sangat penting mengingat burung tangkapan alam didatangkan dari jauh
(luar Jawa)
Ciri-ciri yang sehat :
1) burung aktif bergerak
2) makan dengan lahap
3) tidak ada luka/bekas luka di badannya, terutama mata, paruh, kaki dan pada
bagian bawah sayap (pangkal paha, Pangkal Sayap) serta punggung.
4) Sayap mengepit rapat
5) Tidak ngeruji/menabrakkan kepala ke jeruji sangkar
Ciri-ciri yang kurang sehat
Kebalikan dari burung yang sehat serta :
1) tidak mau bertengger di tangkringan
2) bulu burung mengembang
2. kemampuan berkicau
Kemampuan burung untuk berkicau tidaklah sama. Berdasarkan bentuk paruhnya dan
kokokrannya, kita dapat mengukur kualitas suaranya. Namun hal ini tidak mutlak
bilamana tidak disertai dengan perawatan yang baik.
Karena ada pula bakalan yang secara sisi ciri-ciri kurang baik, namun dengan
adanya perawatan yg baik dapat diandalkan kicauannya.
a. mengukur dari kokrookan
kokrokan adalah ciri khas Cucak Rawa. Setiap melompat, bergerak atau
menghindari sesuatu, dia akan menyuarakan kokrokan ini. kokrokan yang besar,
keras dan rajin adalah ciri-ciri bakalan yang baik.
b. bentuk paruh
paruh pada setiapkicauan dapat menjadi tolok ukur kerajinan dan ketajaman
suaranya. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa
1) paruh panjang, tidak terlalu tebal memiliki ketajaman suara yang baik dan
rajin berkicau
2) paruh panjang dan agak tebal memiliki suara keras dan berat namun kurang
lepas dan terkesan tertahan
3) paruh pendek dan agak tebal biasanya kurang rajin berkicau tetapi suaranya
tebal
4) paruh pendek tipis kurang rajin berkicau dan tipis suaranya
cara yang benar membawa Cucak Rawa
alat yang paling baik adalah besek atau kardus yang sudah dilubangi. sebelum
dikemas, 2 atau 3 hari sebelum perjalanan sebaiknya diberikan obat anti stress
yang banyak tersedia di pasaran. Jauhkan dari mesin mobil maupun AC. 1
kotak/besek adalah untuk 1 burung.
Setelah sampai tujuan, masukkan sangkar dan gantungkan sangkar di tempat teduh
serta jauh dari gangguan, ataupun juga bisa dengan meletakkan sangkarnya diatas
rerumputan. Bilamana memungkinkan, segera berikan makanan alami agar kondisinya
segera pulih kembali.
Asal muasal Cucak Rawa memang selalu menjadi polemik, dalam artian bahwa orang
cenderung mengatakan Cucak Rawa Medan adalah bagus, tetapi kita tidak
seharusnya berkiblat pada hal tersebut. Sebab pada kenyataannya bukan
asal-muasal yang berpengaruh tetapi memang dasar suara yang dimilikinya bagus
atau tidak, maka seharusnya dengan dasar suara inilah kita seharusnya bepedoman
untuk menentukan bahwa Cucak Rawa itu berkualitas atau tidaknya. Secara umum
tidak ada perbedaan volume, mental dan jenis suara yang didasarkan oleh asal
daerah/habitat. Cucak Rawa Sumatera dan Kalimantan ada yang bermental bagus
volume dahsyat, ada yang bersuara tipis, ada yang ropel dan ada yang bersuara
biasa saja. Secara fisik, Cucak Rawa daerah sumatera relatif lebih besar
ketimbang dari pulau lain. Meski demikian, secara umum bodi Cucak Rawa di
Kalimantan yang masuk wilayah Malaysia, bertubuh bongsor seperti Cucak Rawa
Sumatera.
Sebagai sedikit ilustrasi maka ciri fisik yang bagus adalah :
1. Bentuk kepala agak bulat dan besar, dahi menonjol.
2. Paruh, panjang, tebal dan kuat.
3. Lubang hidung tidak lebar, terlihat kecil karena tertutup atau terlindung
bulu hidung.
4. Leher panjang dan pangkal leher agak mengembang.
5. Dada bidang,punggung agak bongkok.
6. Tulang paha kiri dan kanan agak merapat.
7. Jari kaki kuat dan panjang, cengkraman sempurna.
8. Badan berukuran besar dan panjang.
9. Bulu sayap panjang, bulu dada terlihat lembut dan tampak mengkilap.
10. Bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin runcing dan mengecil.
Catatan :
Ilustrasi di atas di dapat dari proses pembandingan antara Cucak Rawa yang
bagus dan Cucak Rawa biasa, jadi bila kita tidak pernah melihat Cucak Rawa yang
bagus, tentulah sangat sulit bagi kita untuk menerapkan hal tersebut.
Tinjauan Secara Umum Jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah
Asal/penyebarannya
Suara kicauan Cucak Rawa yang berkualitas memiliki beberapa kriteria, salah
satu syarat tersebut terletak pada kemurnian suaranya. Ibarat benda seni,
keorisinilannyalah yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hal yang perlu
diperhatikan, Cucak Rawa memiliki kemampuan untuk menirukan suara-suara
tertentu, termasuk kicauan burung yang lainnya. Oleh karenanya, jangan
memelihara burung yang suaranya bisa ditirukan oleh Cucak Rawa. Perawatan Cucak
Rawa yang baik dapat memperpanjang usianya namun seiring usia Cucak Rawa yang
bertambah (diatas 10 tahun) maka secara berangsur-angsur pula daya tahan tubuh
serta kicauannya akan menurun kualitasnya. Namun jangan kuatir, hal tersebut
diatas dapat dihambat dengan pemberian makanan yang variatif serta perawatan
yang baik.
Selama ini, Cucak Rawa yang berasal dari medan lebih populer dibandingkan
dengan Cucak Rawa yang berasal dari daerah lain. Hal ini disebabkan karena
sejak dahulu Cucak Rawa asal medan ini yang selalu membanjiri pasaran.dalam
banyak hal, Cucak Rawa asal medan dapat dikatakan lebih baik, namun kecepatan
suaranya masih kalah bila dibanding dengan Cucak Rawa asal daerah lain,
terutama yang berasal dari lampung dan sumatera selatan. Hal ini masih belum
begitu dipahami oleh kebanyakan para penggemar Cucak Rawa.
Bila ditinjau dari segi alam, maka, Iklim, kesuburan tanah, ketinggian dari
permukaan laut serta vegetasi di negara kita sangat beraneka ragam.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menyebabkan perbedaan ukuran fisik, warna
bulu maupun kualitas suara Cucak Rawa. demikian halnya, selain karakter bawaan
dari burung, pola perawatan turut berperan dalam menentukan kulitas Cucak Rawa
Ini Kelak. Ada satu catatan, makanan alami yang tiap hari dikonsumsi oleh
Cucak Rawa dapat berefek pula terhadap kualitas suaranya.
Mengukur kualitas suara kicauan bukanlah suatu perkara mudah, karena
ukuran/kriterianya akan berbeda pada tiaporang/kembali ke selera masing-masing.
Sebagai salah satu contoh, murai batu asal medan lebih mengandalkan volume dan
variasi dalam berkicau. Sedangkan Murai Batu Asal Lampung Lebih Mengandalkan
speed atau kecepatan serta gayanya yang atraktif. Demikian halnya pula dengan
Cucak Rawa, ada yang bagus di volume, variasi, speed/kecepatannya dll.
Jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah Asalnya :
1. Cucak Rawa Medan
Ketenaran Cucakrawa daerah ini tidak hanya dari suaranya, tetpi dari ukuran
tubuhnya pula. Daerah ini memiliki Hutan berawa-rawa yang luas dan tidak
terlalu jauh dari pantai sehingga udaranya lumayan panas. Jadi pohon yang
tumbuh disekitar tempat ini tidaklah terlalu tinggi.
a. Ciri-ciri
ukuran tubuhnya besar sehingga bila dipegang terasa padat dan agak keras.
Walaupun baru ditangkap dari alam bebas, warna bulunya cenderung seperti burung
yang telah lama dipelihara, yaitu hijau keabu-abuan sedikit kecoklatan dan
tampak bersih.
b. kualitas suara
rata-rata memiliki suara kicauan yang baik, bervariasi serta mepunyai volume
suara tang cukup besar. Namun kelemahannya adalah kurang didukung lengkingan
suara atau jeritan, sehinga suaranya terkesan berat namun kurang tebal. Bila
diamati, kicauannya cenderung nggambang/mengambang. Selain itu, kicauannya
kurang bisa dibawakan secara cepat.
2. Cucak Rawa Aceh
Cucak Rawa asal aceh ini banyak dikenal sebagai Cucak Rawa asal medan. Tetapi,
para penggemar yang senior dapat mebedakan antara Cucak Rawa Medan dengan Cucak
Rawa Aceh.
a. Ciri-Ciri
Cucak Rawa asal daerah ini, ukuran tubuhnya sebesar Cucak Rawa medan namun
perbedaannya terletak pada bulunya, yakni warna hijaunya lebih menonjol dari
asal medan.
b. kualitas suara
kualitas suaranya tidak jauh berbeda dengan Cucak Rawa asal medan. Hal ini
disebabkan karena daerah langkat dan aceh hanya dipisahkan oleh sungai
Besitang.
3. Cucak Rawa lampung
Kondisi alam daerah lampung umumnya berbukit dengan hutan-hutannya yang
tergolong berpohon tinggi. Hutannya pun tergolong hutan terbuka dalam bentangan
yang luas. Walaupun termasuk dtaran tinggi, daerah ini tergolong berudara cukup
panas.
a. ciri-ciri
Cucak Rawa asal lampung ini memiliki warna bulu yang hampir tidak jauh berbeda
dengan daerah medan. Tetapi ukuran badannya sedikit berbeda. Cucak Rawa asal
lampung memiliki badan yang agak pendek walaupun besar badannya hampir sama
dengan Cucak Rawa medan. Namun demikian, Cucak Rawa asal daerah ini memiliki
fisik yang kekar, berdada bidang serta tulang sayap yang lebih kokoh bila
dibandingkan dengan Cucak Rawa Medan. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor
alam/lingkungan sekitarnya.
b. kualitas suara
suara nya tidak sekeras asal medan, namun kicauannya lebih tajam dengan sedikit
variasi yang lebih sedikit dibanding asal medan. namun Cucak Rawa dari daerah
ini mampu membawakan nyanyiannya dalam speed yang baik dan cepat.
4. Cucak Rawa Sumsel, Jambi dan Riau daratan
Daerah ini tergolong berhutan lebat dan berawa-rawa luas.
a. ciri-ciri
hampir sama seperti asal lampung, namun perbedaannya terletak pada bagian
dadanya yang kurang bidang.
b. kualitas suara
hampir sama dengan lampung hanya saja dengan volume lebih kecil sedikit bila
dibandingkan lampung.
5. Cucak Rawa Kalimantan
Pada saat ini, yang banyak membanjiri pasaran adalah Cucak Rawa yang berasal
dari daerah ini.
a. ciri-ciri
warnanya kurang hijau bila dibandingkan Cucak Rawa asal sumatera demikian pula
ukuran badannya. Ukurab badannya tidaklah sebesar Cucak Rawa Sumatera.
b. Kualitas Suara
Cucak Rawa asal kalimantan ini tidaklah sebaik Cucak Rawa asal Sumatera.
Kebanyakan tempo kicauannya sedikit lambat serta kurang keras dan kurang tebal.
Kebanyakan, para penggemar Cucak Rawa menyatakan bahwa Cucak Rawa kalimantan
ini bersuara tipis dan kurang tajam.
HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
BETERNAK BURUNG CUCAK ROWO
Burung cucak
rowo adalah salah satu jenis burung berkicau terbaik di Indonesia, burung ini
sangat banyak digemari oleh kicaumania dan bernilai ekonomis sangat tinggi.
Salah satu yang menjadikan harga nilai jual burung Cucak Rowo tersebut menjadi
tinggi adalah jenis suaranya dan lagu-lagu yang di-nyanyikannya. Banyak wacana
dan opini keliru yang berkembang mengenai jenis-jenis suara burung Cucak Rowo ini,
tetapi tidak satupun dapat dibuktikan secara ilmiah. Terutama untuk suara ropel
pada burung Cucak Rowo.
Hal tersebut
diatas bisa dibuktikan dengan fakta-fakta yang kita jumpai di keseharian kita
sebagai berikut :
- Anakan dari hasil breeding pasangan
burung Cucak Rowo yang bersuara Ropel, belum tentu akan bersuara Ropel seperti
kedua indukannya.
- Dari
indukan yang ”engkel” atau lebih dikenal dengan bersuara tunggal, belum tentu
juga akan menghasilkan anakan burung Cucak Rowo yang bersuara engkel. Hal ini
sudah sering dan banyak terjadi.
Fakta ini
membuktikan bahwa Suara Ropel yang dihasilkan oleh burung Cucak Rowo adalah
dampak dari proses pemasteran selama burung tersebut tumbuh besar. Kedua
indukan ropel akan mewarisi suara ropel kepada anak-anaknya apabila pada saat
anakan tersebut menetas dan tumbuh besar, selalu mendengar suara ropel dari
kedua indukannya tersebut. Inilah pentingnya proses pemasteran bagi burung
Cucak Rowo. Burung Cucak Rowo memiliki tingkat IQ yang standar, berbeda dengan
burung-burung berkicau dari keluarga Turdidae yang memang dikenal lebih cerdas.
Tetapi dengan metode dan tahapan-tahapan pemasteran yang tepat, proses pemasteran
burung Cucak Rowo sangat mudah dilakukan. Perlu diingat, proses memaster sama
dengan proses DOKTRIN. Sering di dengarkan, maka akan direkam dan
ditirukan.
Mungkin akan
timbul pertanyaan, bagaimana, kapan dan pada usia berapa burung Cucak Rowo
harus kita master? Hampir semua burung berkicau dapat di master dengan suara
yang kita inginkan, tetapi apabila proses memaster dari usia dini dan usia
muda, maka akan memperoleh hasil yang lebih optimal. Karena memori burung pada
usia dini masih kosong, sehingga sangatlah
mudah untuk men-doktrinnya. Akan
tetapi kita juga dapat memaster dan merubah suara dari burung yang telah
berumur dewasa, tetapi dengan metode dan tahapan-tahapan yang benar. Masalah
waktu bukanlah suatu kendala untuk suatu keberhasilan. Akhirnya, inilah fakta
yang membuat semua wacana dan opini keliru yang berkembang tentang asal usul
suara ropel dapat ditepis dengan sangat mudah. Bagaimana? Apakah anda tertarik
untuk membuktikannya?
Sesuai
dengan prinsipnya : Pemasteran = Proses Doktrin
Di dalam
proses pengisian suara master atau memaster burung berkicau, tidak selamanya
harus menunggu burung-burung anda dalam kondisi rontok bulu/ngurak atau
moulting, tetapi juga dapat dilakukan pada burung-burung dalam kondisi normal
bahkan dalam kondisi Top Form sekalipun.
Yang
terpenting dalam proses memaster burung, harus diperhatikan yaitu:
1. Dilakukan
pada saat burung istirahat (siang hari setelah mandi-jemur dan pada malam
hari).
2. Kandang
burung atau sangkar burung sebaiknya dikerodong (harus), sehingga burung-burung
yang akan di master menjadi tenang dan memposisikannya atau membuatnya dalam
keadaan istirahat. Sehingga burung lebih berkonsentrasi dalam mendengarkan
materi suara-suara Master yang diperdengarkan.
3. Volume
materi suara master yang diperdengarkan sebaiknya jangan terlalu besar, kecil
saja tetapi jelas terdengar dan hanya boleh memaster satu persatu materi suara
master atau materi suara isian. Jangan memperdengarkan lebih dari satu suara
isian pada waktu yang bersamaan, karena akan membuat burung tersebut menjadi
bingung dalam merekam suara master. Sebaiknya setelah isian yang satu berhasil
direkam atau ditiru oleh burung berkicau anda, barulah kemudian dimaster dengan
isian yang lainnya.
4. Materi
suara master akan bisa direkam dan ditirukan oleh burung anda dalam waktu
kurang lebih 2 minggu, bahkan bisa lebih cepat lagi tergantung pada kecerdasan
masing-masing burung.
- Siang hari
setelah mandi jemur (Posisi burung istirahat)
- Malam hari
(Jam 22.00 – 05.00)
Untuk
menjadikan burung Cucak Rowo milik anda memiliki suara ropelan yang baik, bisa
memakan waktu hampir 3 bulan, perhatikan tahapan-tahapan yang telah ada pada
panduan diatas.
SELAMAT MENCOBA
SEMOGA
BERMANFAAT
DAN
SUKSES SELALU